SELAMAT DATANG
Selamat datanf di lapak MAKRIFATBUSINESS untuk order bisa melalui marketipace Shopee Tokopedia Bukalapak Lazada dengan nama lapak makrifatbusiness atau order via WA 08123489038 email : imronpribadi1972@gmail.com

Cari Disini

Jumat, 14 Januari 2011

Para perajin Balung yang kian melambung (1)

Para perajin Balung yang kian melambung (1)

Rabu, 05 Mei 2010 | 17:29 wib ET
Produksi kerajinan alat musik dari Balung, Jember (dok. kabarbisnis.com)
SAMSI tampak sibuk memberi instruksi ke sejumlah anak buahnya. Dia tak segan memberi contoh langsung agar sang pekerja tak salah mewarnai manik-manik yang sedang dirangkai. Sesekali tawa para pekerja meledak ketika ada seseorang di antara mereka melempar ledekan. Namun, setelah itu mereka kembali serius menekuni pekerjaan.

Seorang pekerja tampak cekatan memasukkan seutas benang warna ungu ke dalam manik-manik dari kayu yang telah diwarnai. Pekerja lain dengan hati-hati mewarnai manik-manik bulat itu dengan beragam warna. Ada manik-manik yang diwarnai cokelat polos, hijau muda, kuning, dan merah menyala. Ada pula yang diwarnai dengan kombinasi beragam warna tersebut. Tidak semua manik berbentuk bulat seperti lingkaran. Ada pula yang sedikit lonjong dan mirip telur. Variasi bentuknya beragam. Manik-manik tersebut terbuat dari kayu kelapa, batok kelapa, hingga tulang hewan. Dari manik-manik itu, beragam produk kerajinan bisa dibuat, mulai dari gelang, anting, kalung, hingga beragam aksesoris lain.

Sambil ikut turun tangan menggarap pesanan, Samsi sesekali mengutak-atik telepon selulernya. Kadang ia berkirim pesan pendek, namun juga kerap menelepon. ”Ada ponsel lebih memudahkan kita. Komunikasi dengan pekerja atau pembeli lebih mudah,” ujarnya.

Siang itu suasana cukup panas. Tak heran, beberapa pekerja pria memilih untuk bertelanjang dada atau memakai kaus yang telah dipotong di bagian lengan. Sejumlah cangkir berisi es teh dan kopi menghiasi ”ruang kerja” mereka. Sesekali para pekerja menyeruput kopi atau es teh untuk sekadar membasahi tenggorokan. Lagu dangdut diputar perlahan. Nyaris tak ada kesan suasana kerja yang formal.

Itulah ”ruang kerja” para perajin manik-manik khas dari daerah Balungtutul, Balung, Jember. Kawasan ini terletak di selatan Jember, sekitar 30 kilometer dari pusat kota. Dari pusat kota Jember, kita bisa sampai di kawasan ini setelah menempuh perjalanan darat dengan kendaraan bermotor selama sekitar 30 menit. Jember sendiri, dari Surabaya, berjarak 192 kilometer dan bisa dicapai selama 4 hingga 5 jam dengan menggunakan kendaraan bermotor.

Jangan bayangkan ”ruang kerja” para eksportir kampung itu seperti ruang kerja di pabrik-pabrik skala besar yang dilengkapi pengatur suhu ruangan dan peralatan canggih lainnya. Jangan bayangkan pula ”ruang kerja” mereka seperti ruang produksi korporasi papan atas yang penuh dengan pekerja berseragam necis. Jangan bayangkan Desa Balungtutul seperti kawasan sentra industri macam di Rungkut, Surabaya, yang berjejal bangunan-bangunan tinggi milik sejumlah perusahaan besar.

Tapi, siapa sangka, di balik ”ruang kerja” sederhana itulah, yang terletak jauh di pinggiran Jember, produk manik-manik mereka telah dikenal luas di sejumlah negara. Siapa sangka pula, di Desa Balungtutul yang tenang dan masih permai, ada sekumpulan warga yang bekerja keras membangun hidup dan kehidupan, membawa nama kota, provinsi, dan negara ke pasar internasional.

Kecamatan Balung sendiri terdiri atas 8 desa, 25 dusun/lingkungan, 139 RW, dan 440 RT. Balungtutul bisa dikatakan sebagai satu-satunya kawasan di Kecamatan Balung yang punya potensi besar di sektor industri kreatif ini. Sebab, berdasarkan data Bagian Pemerintah Desa Pemkab Jember, 5 desa di Balung lainnya lebih berorientasi di bidang persawahan, 1 desa berorientasi ke perladangan, dan 1 desa lain berorientasi jasa.

Samsi adalah satu dari sekian banyak warga Balungtutul yang menyandarkan hidupnya pada industri kerajinan. Selain manik-manik, banyak warga di kawasan tersebut yang membikin beragam kerajinan, mulai dari alat musik, replika bumerang, hingga alat-alat rumah tangga. Sebagian dipasarkan di dalam negeri, sebagian lagi diekspor ke sejumlah negara.

”Ekspor dilakukan ke beberapa negara Eropa. Kami kini bersaing ketat dengan produk kerajinan manik-manik sejenis dari China,” ujarnya.

Dalam sebulan, Samsi mengaku usahanya beromzet sekitar Rp250 juta. Angka ini bisa meningkat jika model manik-manik yang dikerjakan lebih rumit, seperti ada ukiran-ukiran tertentu dan pewarnaan yang lebih beragam. Di kawasan Balung, perajin yang skala usahanya sama besar dengan Samsi berjumlah sekitar 15 perajin. Ratusan warga menggantungkan hidupnya dari bisnis kreatif ini. Industri kerajinan ini tidak hanya membuka lapangan pekerjaan bagi para para perajin, tapi juga membuka ruang-ruang ekonomi turunannya, seperti pencari bahan baku hingga pedagang makanan untuk menjamu bila ada tamu pemerintah yang berkunjung dan meninjau desa tersebut.

Kontribusi sektor UMKM sendiri terhadap perekonomian Jatim sudah tak diragukan lagi. Dari data Badan Pusat Statistik (BPS) Jatim yang dikutip kabarbisnis.com, kontribusi UMKM terhadap total produk domestrik regional bruto (PDRB) Jatim mencapai 53,04%. Dari total PDRB Jatim tahun 2009 sebesar Rp692 triliun, sumbangan UMKM mencapai sekitar Rp367,03 triliun. PDRB adalah besaran nilai barang dan jasa yang dihasilkan oleh berbagai sektor ekonomi di suatu wilayah selama setahun.

PDRB adalah dasar pengukuran nilai tambah barang dan jasa dalam berbagai aktivitas ekonomi di suatu wilayah. Penghitungan PDRB datang dari berbagai sektor ekonomi, dari yang berskala besar hingga rumah tangga.

Kepala Dinas Koperasi dan UMKM Jatim Braman Setyo mengatakan, tahun ini, Pemprov Jatim menargetkan sumbangan sektor UMKM akan meningkat menjadi 53,10% dari total PDRB Jatim 2010 yang diperkirakan akan mencapai sekitar Rp700 triliun atau naik sekitar 0,06% dari posisi 2009. ”Sektor UMKM adalah pilar penting perekonomian. Karena itu, harus terus didinamisasi,” ujarnya.

Secara nasional, berdasarkan data BPS pada 2008, ada sekitar 51,3 juta unit UMKM di seluruh Indonesia atau 99,91% dari total pelaku usaha di Indonesia. UMKM juga merupakan penyerap tenaga kerja terbanyak mencapai 90,9 juta pekerja atau 97,1% dari total tenaga kerja di Indonesia. Kontribusi UMKM terhadap PDB mencapai Rp2.609,4 triliun atau 55,6% dari total PDB. Nilai investasi UMKM mencapai Rp640,4 triliun dan penciptaan devisa Rp183,8 triliun atau 20% dari total devisa.

Proses produksi sederhana

Para perajin tersebut bekerja di rumah-rumah yang disulap menjadi ruang kerja dan produksi sederhana. Rumah-rumah itu juga dijadikan tempat penjualan yang melayani para pembeli ritel. ”Namun, yang dipajang atau dijual di sini sangat sedikit, karena fokus kita memang untuk menjual dalam jumlah besar, baik untuk dibawa ke Bali dan kota-kota lain maupun untuk diekspor,” terangnya.

Hampir semua proses produksi masih dikerjakan secara manual lewat tenaga manusia. Kalau pun ada mesin, hanya untuk keperluan tertentu saja, seperti membentuk manik-manik agar lebih bulat atau lonjong sempurna.

Manik-manik dari Balung ini punya ciri khas tersendiri. Dibanding produk manik-manik yang kini masif diproduksi oleh China, manik-manik dari Balung punya pembeda yang jelas. Industrialisasi China memang telah membawa kemajuan yang pesat bagi sektor industri, termasuk industri kreatif seperti kerajinan, di negeri tersebut. China pun kini gencar memproduksi beraneka ragam kerajinan manik-manik. Namun, produk manik-manik Balung lebih disukai di pasar karena terkesan lebih natural, sebab sebagian besar proses pengerjaannya dilakukan oleh manusia.

”Ciri khas manik-manik dari dari Balung ini adalah soal warna yang bisa tembus hingga ke bagian dalam. Jika manik kayu ini dipecah atau dibelah, bagian dalamnya juga berwarna sama seperti bagian luarnya. Sedangkan produk manik-manik dari China pewarnaannya hanya bagus di luar, tapi bagian dalamnya biasa saja,” terang Suwanto, perajin lainnya.

Samsi menambahkan, pewarnaan yang tembus hingga ke bagian dalam kayu membuat manik-manik dari Balung lebih berkualitas. Warnanya juga tak mudah pudar. ”Saya berani jamin, warna di manik-manik ini tidak akan pudar meski sudah dipakai bertahun-tahun,” kata Samsi. Produk manik-manik dari Balung juga lebih disukai karena bahannya lebih keras, sehingga lebih awet dan tak mudah pecah.

Jatuh-bangun meraih mimpi

Namun, jangan dikira perjalanan bisnis para perajin itu lancar-lancar saja. Bisnis memang bukan matematika yang bisa dikalkulasi dengan rumus-rumus yang rigid dan pasti. Bisnis juga bukan sebentang garis sungai yang tampak lurus di peta. Samsi dan para perajin lainnya juga harus jatuh-bangun meraih mimpi untuk terus menjadi besar. Mereka lintang-pukang mengerahkan segala daya.

Pernah suatu ketika permintaan manik-manik dari luar negeri turun drastis karena terjadi krisis. Di Bali pun, yang menjadi pasar domestik terbesar untuk produk-produk kerajinan tersebut, permintaan turun drastis. Ini karena jumlah wisatawan asing yang berkunjung ke Bali anjlok pascaperistiwa pengeboman pada 2001.

Para perajin harus berusaha keras bertahan di tengah minimnya dukungan pemerintah. Beruntung, setelah itu pasar kembali normal dan permintaan pun berdatangan. Samsi mengatakan, selama ini semua perajin di Balung bekerja keras untuk menjaga kualitas produk. Mereka juga tak kenal lelah berinovasi di tengah banyak keterbatasan dan kurangnya perhatian dari pemerintah.

Dukungan teknologi komunikasi

Saat ini, kata dia, bisnisnya juga cukup banyak tertolong oleh berbagai kemajuan teknologi komunikasi. Telepon seluler ia gunakan untuk berkomunikasi atau berkirim pesan pendek (SMS) dengan para kolega, pembeli, pemasok bahan baku, hingga para pekerja. Komunikasi ini menjadi hal yang kini menjadi kebiasaannya karena tarifnya yang sudah sangat murah.

”Ini sangat berguna untuk mengembangkan jaringan. Komunikasi yang sering akan merekatkan hubungan. Banyak teman kan pasti banyak rezeki,” ujarnya.

Penggunaan internet, termasuk dari telepon seluler, juga sangat membantunya. Memang, perajin seperti di Balung tak menggunakan perangkat teknologi yang canggih. Namun, internet memudahkan mereka untuk sekadar mencari tren barang yang diminati konsumen di luar negeri.

Menurut Samsi, inovasi memang harus terus dilakukan, terutama soal desain. Para perajin berusaha keras mengikuti tren dan kecenderungan minat konsumen, meski mereka tidak mempunyai tim riset pemasaran atau market intelligence layaknya perusahaan raksasa.

”Kalau tidak rajin berinovasi, kita pasti disalip oleh pesaing, termasuk oleh produsen kerajinan dari China yang memang sangat pintar meniru konsep dari manik-manik Balung,” ujar Samsi. (kbc5/kbc3/bersambung)
  • Blogger Comments
  • Facebook Comments

0 Tanggapan:

Posting Komentar

Silahkan komentar disini jika mau oder, saran, kritik membangun, komplain, sumbang sich pemikiran dll, tapi mohon maaf pihak management Makrifat Business melakukan moderasi setiap komentar yang masuk

Item Reviewed: Para perajin Balung yang kian melambung (1) Rating: 5 Reviewed By: M Imron Pribadi