By : M Imron Pribadi
Kayu Mahoni
Kayu Mahoni
Mahoni sebagai tanaman pelindung.
Status konservasi
Rentan (IUCN 2.3)
Klasifikasi ilmiah
Kingdom: Plantae
(tidak termasuk): Angiospermae
(tidak termasuk): Eudikotil
(tidak termasuk): Rosidae
Ordo: Sapindales
Famili: Meliaceae
Genus: Swietenia
Spesies: S.
macrophylla
Nama binomial
Swietenia macrophylla
King
Mahoni adalah anggota suku Meliaceae yang mencakup 50 genera
dan 550 spesies tanaman kayu.[1]
Daftar isi
1 Morfologi
dan penyebaran
2 Manfaat
3 Syarat
Tumbuh
4 Referensi
Morfologi dan penyebaran
Mahoni termasuk pohon besar dengan tinggi pohon mencapai
35–40 m dan diameter mencapai 125 cm.[2] Batang lurus berbentuk silindris dan
tidak berbanir.[2] Kulit luar berwarna cokelat kehitaman, beralur dangkal
seperti sisik, sedangkan kulit batang berwarna abu-abu dan halus ketika masih
muda, berubah menjadi cokelat tua, beralur dan mengelupas setelah tua.[2]
Mahoni baru berbunga setelah berumur 7 tahun, mahkota bunganya silindris,
kuning kecoklatan, benang sari melekat pada mahkota, kepala sari putih, kuning
kecoklatan.[3] Buahnya buah kotak, bulat telur, berlekuk lima, warnanya
cokelat. Biji pipih, warnanya hitam atau cokelat.[4] Mahoni dapat ditemukan
tumbuh liar di hutan jati dan tempat-tempat lain yang dekat dengan pantai, atau
ditanam di tepi jalan sebagai pohon pelindung.[5] Tanaman yang asalnya dari
Hindia Barat ini, dapat tumbuh subur bila tumbuh di pasir payau dekat dengan
pantai.[6]
Manfaat
Buah mahoni untuk pengobatan
Pohon mahoni bisa mengurangi polusi udara sekitar 47% - 69%
sehingga disebut sebagai pohon pelindung sekaligus filter udara dan daerah
tangkapan air.[7] Daun-daunnya bertugas menyerap polutan-polutan di sekitarnya.
Sebaliknya, dedaunan itu akan melepaskan oksigen (O2) yang membuat udara di
sekitarnya menjadi segar.[7] Ketika hujan turun, tanah dan akar-akar pepohonan
itu akan mengikat air yang jatuh, sehingga menjadi cadangan air.[7] Buah mahoni
mengandung flavonoid dan saponin[8]. Buahnya dilaporkan dapat melancarkan
peredaran darah sehingga para penderita penyakit yang menyebabkan tersumbatnya
aliran darah disarankan memakai buah ini sebagai obat, mengurangi kolesterol,
penimbunan lemak pada saluran darah, mengurangi rasa sakit, pendarahan dan
lebam, serta bertindak sebagai antioksidan untuk menyingkirkan radikal
bebas[8], mencegah penyakit sampar, mengurangi lemak di badan, membantu
meningkatkan sistem kekebalan, mencegah pembekuan darah, serta menguatkan
fungsi hati dan memperlambat proses pembekuan darah[9].
Mahoni sebagai peneduh jalan.
Sifat Mahoni yang dapat bertahan hidup di tanah gersang
menjadikan pohon ini sesuai ditanam di tepi jalan. Bagi penduduk Indonesia
khususnya Jawa, tanaman ini bukanlah tanaman yang baru, karena sejak zaman
penjajahan Belanda mahoni dan rekannya, Pohon Asam, sudah banyak ditanam di
pinggir jalan sebagai peneduh terutama di sepanjang jalan yang dibangun oleh
Daendels antara Anyer sampai Panarukan. Sejak 20 tahun terakhir ini, tanaman
mahoni mulai dibudidayakan karena kayunya mempunyai nilai ekonomis yang cukup
tinggi. Kualitas kayunya keras dan sangat baik untuk meubel, furnitur,
barang-barang ukiran dan kerajinan tangan. Sering juga dibuat penggaris karena
sifatnya yang tidak mudah berubah. Kualitas kayu mahoni berada sedikit dibawah
kayu jati sehingga sering dijuluki sebagai primadona kedua dalam pasar kayu.
Pemanfaatan lain dari tanaman mahoni adalah kulitnya dipergunakan untuk
mewarnai pakaian. Kain yang direbus bersama kulit mahoni akan menjadi kuning
dan tidak mudah luntur. Sedangkan getah mahoni yang disebut juga blendok dapat
dipergunakan sebagai bahan baku lem, dan daun mahoni untuk pakan ternak.[10]
Ekstrak biji pohon mahoni juga dapat digunakan sebagai
pestisida nabati untuk mengendalikan hama pada pertanaman kubis, yaitu Plutella
xylostella dan Crocidolomia binolalis khususnya pada saat hama berada pada
stadia larva. Penggunaan insektisida botani merupakan salah satu alternatif
pengendalian yang bertujuan untuk mengurangi dampak negatif akibat penggunaan
insektisida sintetik yang tidak bijaksana.[11][12][13]
Syarat Tumbuh
Mahoni dapat tumbuh dengan subur di pasir payau dekat dengan
pantai dan menyukai tempat yang cukup sinar matahari langsung. Tanaman ini
termasuk jenis tanaman yang mampu bertahan hidup di tanah gersang sekalipun.
Walaupun tidak disirami selama berbulan-bulan, mahoni masih mampu untuk
bertahan hidup.[10] Syarat lokasi untuk budi daya mahoni diantaranya adalah
ketinggian lahan maksimum 1.500 meter dpl, curah hujan 1.524-5.085 mm/tahun,
dan suhu udara 11-36 C.[14]
Mahoni sebagai tanaman pelindungKayu Mahoni
Mahoni sebagai tanaman pelindung.
Status konservasi
Rentan (IUCN 2.3)
Klasifikasi ilmiah
Kingdom: Plantae
(tidak termasuk): Angiospermae
(tidak termasuk): Eudikotil
(tidak termasuk): Rosidae
Ordo: Sapindales
Famili: Meliaceae
Genus: Swietenia
Spesies: S.
macrophylla
Nama binomial
Swietenia macrophylla
King
Mahoni adalah anggota suku Meliaceae yang mencakup 50 genera
dan 550 spesies tanaman kayu.[1]
Daftar isi
1 Morfologi
dan penyebaran
2 Manfaat
3 Syarat
Tumbuh
4 Referensi
Morfologi dan penyebaran
Mahoni termasuk pohon besar dengan tinggi pohon mencapai
35–40 m dan diameter mencapai 125 cm.[2] Batang lurus berbentuk silindris dan
tidak berbanir.[2] Kulit luar berwarna cokelat kehitaman, beralur dangkal
seperti sisik, sedangkan kulit batang berwarna abu-abu dan halus ketika masih
muda, berubah menjadi cokelat tua, beralur dan mengelupas setelah tua.[2]
Mahoni baru berbunga setelah berumur 7 tahun, mahkota bunganya silindris,
kuning kecoklatan, benang sari melekat pada mahkota, kepala sari putih, kuning
kecoklatan.[3] Buahnya buah kotak, bulat telur, berlekuk lima, warnanya
cokelat. Biji pipih, warnanya hitam atau cokelat.[4] Mahoni dapat ditemukan
tumbuh liar di hutan jati dan tempat-tempat lain yang dekat dengan pantai, atau
ditanam di tepi jalan sebagai pohon pelindung.[5] Tanaman yang asalnya dari
Hindia Barat ini, dapat tumbuh subur bila tumbuh di pasir payau dekat dengan
pantai.[6]
Manfaat
Buah mahoni untuk pengobatan
Pohon mahoni bisa mengurangi polusi udara sekitar 47% - 69%
sehingga disebut sebagai pohon pelindung sekaligus filter udara dan daerah
tangkapan air.[7] Daun-daunnya bertugas menyerap polutan-polutan di sekitarnya.
Sebaliknya, dedaunan itu akan melepaskan oksigen (O2) yang membuat udara di
sekitarnya menjadi segar.[7] Ketika hujan turun, tanah dan akar-akar pepohonan
itu akan mengikat air yang jatuh, sehingga menjadi cadangan air.[7] Buah mahoni
mengandung flavonoid dan saponin[8]. Buahnya dilaporkan dapat melancarkan
peredaran darah sehingga para penderita penyakit yang menyebabkan tersumbatnya
aliran darah disarankan memakai buah ini sebagai obat, mengurangi kolesterol,
penimbunan lemak pada saluran darah, mengurangi rasa sakit, pendarahan dan
lebam, serta bertindak sebagai antioksidan untuk menyingkirkan radikal
bebas[8], mencegah penyakit sampar, mengurangi lemak di badan, membantu
meningkatkan sistem kekebalan, mencegah pembekuan darah, serta menguatkan
fungsi hati dan memperlambat proses pembekuan darah[9].
Mahoni sebagai peneduh jalan.
Sifat Mahoni yang dapat bertahan hidup di tanah gersang
menjadikan pohon ini sesuai ditanam di tepi jalan. Bagi penduduk Indonesia
khususnya Jawa, tanaman ini bukanlah tanaman yang baru, karena sejak zaman
penjajahan Belanda mahoni dan rekannya, Pohon Asam, sudah banyak ditanam di
pinggir jalan sebagai peneduh terutama di sepanjang jalan yang dibangun oleh
Daendels antara Anyer sampai Panarukan. Sejak 20 tahun terakhir ini, tanaman
mahoni mulai dibudidayakan karena kayunya mempunyai nilai ekonomis yang cukup
tinggi. Kualitas kayunya keras dan sangat baik untuk meubel, furnitur,
barang-barang ukiran dan kerajinan tangan. Sering juga dibuat penggaris karena
sifatnya yang tidak mudah berubah. Kualitas kayu mahoni berada sedikit dibawah
kayu jati sehingga sering dijuluki sebagai primadona kedua dalam pasar kayu.
Pemanfaatan lain dari tanaman mahoni adalah kulitnya dipergunakan untuk
mewarnai pakaian. Kain yang direbus bersama kulit mahoni akan menjadi kuning
dan tidak mudah luntur. Sedangkan getah mahoni yang disebut juga blendok dapat
dipergunakan sebagai bahan baku lem, dan daun mahoni untuk pakan ternak.[10]
Ekstrak biji pohon mahoni juga dapat digunakan sebagai
pestisida nabati untuk mengendalikan hama pada pertanaman kubis, yaitu Plutella
xylostella dan Crocidolomia binolalis khususnya pada saat hama berada pada
stadia larva. Penggunaan insektisida botani merupakan salah satu alternatif
pengendalian yang bertujuan untuk mengurangi dampak negatif akibat penggunaan
insektisida sintetik yang tidak bijaksana.[11][12][13]
Syarat Tumbuh
Mahoni dapat tumbuh dengan subur di pasir payau dekat dengan
pantai dan menyukai tempat yang cukup sinar matahari langsung. Tanaman ini
termasuk jenis tanaman yang mampu bertahan hidup di tanah gersang sekalipun.
Walaupun tidak disirami selama berbulan-bulan, mahoni masih mampu untuk
bertahan hidup.[10] Syarat lokasi untuk budi daya mahoni diantaranya adalah
ketinggian lahan maksimum 1.500 meter dpl, curah hujan 1.524-5.085 mm/tahun,
dan suhu udara 11-36 C.[14].
Status konservasi
Rentan (IUCN 2.3)
Klasifikasi ilmiah
Kingdom: Plantae
(tidak termasuk): Angiospermae
(tidak termasuk): Eudikotil
(tidak termasuk): Rosidae
Ordo: Sapindales
Famili: Meliaceae
Genus: Swietenia
Spesies:
. macrophylla
Nama binomial
Swietenia macrophylla
King
Mahoni adalah anggota suku Meliaceae yang mencakup 50 genera
dan 550 spesies tanaman kayu.[1]
Daftar isi
1 Morfologi
dan penyebaran
2 Manfaat
3 Syarat
Tumbuh
4 Referensi
Morfologi dan penyebaran
Mahoni termasuk pohon besar dengan tinggi pohon mencapai
35–40 m dan diameter mencapai 125 cm.[2] Batang lurus berbentuk silindris dan
tidak berbanir.[2] Kulit luar berwarna cokelat kehitaman, beralur dangkal
seperti sisik, sedangkan kulit batang berwarna abu-abu dan halus ketika masih
muda, berubah menjadi cokelat tua, beralur dan mengelupas setelah tua.[2]
Mahoni baru berbunga setelah berumur 7 tahun, mahkota bunganya silindris,
kuning kecoklatan, benang sari melekat pada mahkota, kepala sari putih, kuning
kecoklatan.[3] Buahnya buah kotak, bulat telur, berlekuk lima, warnanya
cokelat. Biji pipih, warnanya hitam atau cokelat.[4] Mahoni dapat ditemukan
tumbuh liar di hutan jati dan tempat-tempat lain yang dekat dengan pantai, atau
ditanam di tepi jalan sebagai pohon pelindung.[5] Tanaman yang asalnya dari
Hindia Barat ini, dapat tumbuh subur bila tumbuh di pasir payau dekat dengan
pantai.[6]
Manfaat
Buah mahoni untuk pengobatan
Pohon mahoni bisa mengurangi polusi udara sekitar 47% - 69%
sehingga disebut sebagai pohon pelindung sekaligus filter udara dan daerah
tangkapan air.[7] Daun-daunnya bertugas menyerap polutan-polutan di sekitarnya.
Sebaliknya, dedaunan itu akan melepaskan oksigen (O2) yang membuat udara di
sekitarnya menjadi segar.[7] Ketika hujan turun, tanah dan akar-akar pepohonan
itu akan mengikat air yang jatuh, sehingga menjadi cadangan air.[7] Buah mahoni
mengandung flavonoid dan saponin[8]. Buahnya dilaporkan dapat melancarkan
peredaran darah sehingga para penderita penyakit yang menyebabkan tersumbatnya
aliran darah disarankan memakai buah ini sebagai obat, mengurangi kolesterol,
penimbunan lemak pada saluran darah, mengurangi rasa sakit, pendarahan dan
lebam, serta bertindak sebagai antioksidan untuk menyingkirkan radikal
bebas[8], mencegah penyakit sampar, mengurangi lemak di badan, membantu
meningkatkan sistem kekebalan, mencegah pembekuan darah, serta menguatkan
fungsi hati dan memperlambat proses pembekuan darah[9].
Mahoni sebagai peneduh jalan.
Sifat Mahoni yang dapat bertahan hidup di tanah gersang
menjadikan pohon ini sesuai ditanam di tepi jalan. Bagi penduduk Indonesia
khususnya Jawa, tanaman ini bukanlah tanaman yang baru, karena sejak zaman
penjajahan Belanda mahoni dan rekannya, Pohon Asam, sudah banyak ditanam di
pinggir jalan sebagai peneduh terutama di sepanjang jalan yang dibangun oleh
Daendels antara Anyer sampai Panarukan. Sejak 20 tahun terakhir ini, tanaman
mahoni mulai dibudidayakan karena kayunya mempunyai nilai ekonomis yang cukup
tinggi. Kualitas kayunya keras dan sangat baik untuk meubel, furnitur,
barang-barang ukiran dan kerajinan tangan. Sering juga dibuat penggaris karena
sifatnya yang tidak mudah berubah. Kualitas kayu mahoni berada sedikit dibawah
kayu jati sehingga sering dijuluki sebagai primadona kedua dalam pasar kayu.
Pemanfaatan lain dari tanaman mahoni adalah kulitnya dipergunakan untuk
mewarnai pakaian. Kain yang direbus bersama kulit mahoni akan menjadi kuning
dan tidak mudah luntur. Sedangkan getah mahoni yang disebut juga blendok dapat
dipergunakan sebagai bahan baku lem, dan daun mahoni untuk pakan ternak.[10]
Ekstrak biji pohon mahoni juga dapat digunakan sebagai
pestisida nabati untuk mengendalikan hama pada pertanaman kubis, yaitu Plutella
xylostella dan Crocidolomia binolalis khususnya pada saat hama berada pada
stadia larva. Penggunaan insektisida botani merupakan salah satu alternatif
pengendalian yang bertujuan untuk mengurangi dampak negatif akibat penggunaan
insektisida sintetik yang tidak bijaksana.[11][12][13]
Syarat Tumbuh
Mahoni dapat tumbuh dengan subur di pasir payau dekat dengan
pantai dan menyukai tempat yang cukup sinar matahari langsung. Tanaman ini
termasuk jenis tanaman yang mampu bertahan hidup di tanah gersang sekalipun.
Walaupun tidak disirami selama berbulan-bulan, mahoni masih mampu untuk
bertahan hidup.[10] Syarat lokasi untuk budi daya mahoni diantaranya adalah
ketinggian lahan maksimum 1.500 meter dpl, curah hujan 1.524-5.085 mm/tahun,
dan suhu udara 11-36 C.[14]